Sang Nahkoda NU di Tengah Badai Transisi: Kisah KH Ali Maksum
Di tengah pusaran transisi Nahdlatul Ulama (NU), sosok KH Ali Maksum hadir sebagai nahkoda yang mengarungi badai. Sebagai Rais Aam PBNU periode 1984-1991, ia memainkan peran krusial dalam menjaga stabilitas organisasi.
Lahir di Krapyak, Yogyakarta pada 1915, KH Ali Maksum dikenal sebagai ulama kharismatik dan intelektual. Ia mengenyam pendidikan di pesantren-pesantren ternama, termasuk Pesantren Tebuireng dan Pesantren Tambakberas.
Selama kepemimpinannya, KH Ali Maksum menghadapi berbagai tantangan, termasuk perpecahan internal dan tekanan politik. Namun, dengan kebijaksanaan dan keteguhannya, ia berhasil menyatukan NU dan membawanya melewati masa-masa sulit.
Salah satu kontribusi penting KH Ali Maksum adalah memperkuat basis pendidikan NU. Ia mendirikan sejumlah lembaga pendidikan, seperti Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU).
Selain itu, KH Ali Maksum juga dikenal sebagai tokoh yang moderat dan toleran. Ia menjalin hubungan baik dengan tokoh-tokoh agama lain dan mendukung dialog antaragama.
Pada 1991, KH Ali Maksum wafat di Yogyakarta. Warisannya sebagai nahkoda NU yang bijaksana dan visioner terus dikenang hingga saat ini.
Komentar0